"Tubuh besar itu tidak lagi bergerak. Butir salju terus beterbangan, dihembus angin kebekuan. Ia tak lagi membuka mata, meski butir salju menerpa wajah dan rambutnya, menutup jaket dan celana biru yang dikenakannya. Suasana hening. Sepi. Udara beku kembali menyelimuti seluruh kawasan puncak Aconcagua"
Gak sengaja lagi hunting di sebuah toko perlengkapan outdoor sport di kawasan margonda Depok, perhatian saya tercuri oleh keberadaan sebuah buku disalah satu sudut toko tersebut. Jejak Sang Beruang Gunung judulnya. Buku setebal 299 halaman ini bercerita tentang biografi Norman Edwin, seorang pendaki dan penggiat kegiatan alam bebas kawakan indonesia yang meninggal tahun 1992 tak jauh, hanya 200 meter dari puncak gunung aconcagua.
Siapakah sesungguhnya sang beruang gunung ini ? gak tau dah. ketemu sekali-kali acan juga saya belom pernah. pertama kali saya dengar namanya pun saat beliau meninggal di salah satu seven summit (tujuk puncak gunung tertinggi di tujuh benua) yaitu di aconcagua tahun 1992. Namun kalo sedikit ber-reflection ke 20 tahun lalu, Norman, sedikit memberikan inspirasi kepada Jaung muda saat itu...hehehehehe
Berita meninggalnya Norman Edwin di Aconcagua sekitar pertengahan 1992 cukup santer beritanya di TVRI dan RCTI waktu itu. Saat itu adalah 5 bulan setelah saya lulus pendidikan dasar di Pasma 54 (kepecintaalaman di SMA saya). Berita meninggalnya Norman sempat terdengar oleh orang tua saya yang akhirnya menimbulkan kembali resistensi dan larangan orang tua saya terhadap aktivitas dan sepak terjang saya di kepecintaalaman waktu itu. "kamu gak boleh naek gunung lagi ! kamu gak boleh manjat-manjat lagi ! kamu gak boleh latihan di Pasma lagi ! kalo mbandel, ibu gak kan kasih uang saku sekolah lagi !") hehehehe....dalem hati saya nggrendeng, "yaelaaaaah nih emak minta gue boongin kali yak.....ntar gue bilang aje mau ikut pesantren mingguan padahal gue latihan navigasi darat di gunung salak" hehehehehe.....kebetulan saat itu saya ikut dua ekstrakurikuler di sekolah, pecinta alam dan rohani islam.
Untungnya saya mbalelo saat itu. sekedar berandai-andai nih. kalau saat itu saya stop sebagai penggiat kepecintaalaman, mungkin saya gak kan pernah dikenalkan dan aktif dalam dunia per-otbonan di tahun 2004. karena saya masuk kiprah dunia experiential learning karena diajak dan dikenalkan oleh kawan-kawan dan senior saya di kepecintaalaman. Dan dunia otbon lah yang menarik saya mengenal dunia anak event (baca : event organizer) karena kerap beberapa EO meminta saya untuk mensupport event mereka dengan acara-acara berbau otbon. jadi tiga dunia yang gak lepas dari rangkaian cerita hidup saya : pecinta alam, otbon dan dunia event.
Kembali ke lektop.....
Buku yang pernah saya baca di saat pertama kali terbit tahun 2006 itu akhirnya saya beli lagi. saya baca lagi. "manakib"nya Norman Edwin yang disusun oleh Ganezh ini banyak mengangkat positive value yang dianut oleh Norman Edwin yang menurut saya amat relevan untuk diimplementasikan dalam hidup dan pekerjaan kita sehari-hari. Terutama sebuah value yang dulu sering diajarkan senior-senior saya di kepecintaalaman, yaitu tabah bukan diawal, tabah bukan dipertengahan, tapi tetap tabah sampai akhir.
Yang saya suka dari buku ini, selain dari aspek dan pesan moral tentunya, adalah nuansa yang dihadirkan penulis bisa seolah-olah membuat Norman Edwin ada didekat kita melalui pendeskripsiannya, logat dan kata-katanya serta value yang diangkat dari hidupnya Norman. Meski si penulis adalah sebatas pengagum Norman dan tak sempat mengenal Norman secara pribadi. Namun karena orang-orang yang pernah dekat dengan norman di seputaran keluarga, mapala UI dan rekan norman di dunia jurnalistik membuat buku ini jadi Norman bangeeeeeet....hehehehe
Nah kalau anda mau coba memiliki buku ini klik link ini aja deh. mudah-mudahan bisa terinspirasi oleh Norman's Value