Dulu, sewaktu masih menjadi siswa pelatihan fasilitator outbound, guru-guru dan senior saya banyak yang mengajarkan untuk menginstruksikan para partisipan membuat formasi lingkaran pada saat proses big group ice breaking maupun saat proses diskusi dalam small group. Sampai sekarang pun saya masih belum tahu lebih rinci darimana teori tersebut lahir. Namun perjalanan sejauh pengalaman saya menjadi game master, ice breaker atau apapun namanya, telah membuat saya berhasil menyimpulkan sebuah resume tentang teori lingkaran tersebut.
sejauh ini saya masih berani mengatakan bahwa teori membuat lingkaran itu adalah benar adanya. Beberapa kali kegagalan yang hampir saya dapatkan dalam proses outdoor ice breaking dominan disebabkan karena saat itu saya tidak jalankan teori itu.
saat seorang ice breaker menjadi poros utama dalam lingkaran tersebut adalah saat dimana dia menjadi sentral perhatian dari seluruh orang yang ada dalam lingkaran tersebut. kondisi ini adalah modal awal bagi keberhasilan sebuah proses ice breaking. perlu diingat "es" yang akan dihancurkan tersebut bisa jadi beragam jenisnya. ada yang memang pada dasarnya peserta adalah orang yang luwes dan mudah "diangkat". namun tak jarang pula peserta adalah tipe es batu balokan yang dingin, kaku, keras dan tinggi individual barrier nya. biasanya "robot-robot" tipe ini akan malas bila terdapat halangan-halangan yang merintangi dirinya dengan ice breaker. halangan-halangan kecil namun fatal banyak terjadi saat formasi yang digunakan adalah formasi barisan berbanjar-banjar dan bershaf-shaf (hehehehehe ente mau ice breaking ataw taraweh ?)
Barisan banjar-banjar (terlebih pada jumlah peserta ratusan) akan membuat kita sulit terlihat oleh orang yang berada di barisan tengah sampai belakang, apalagi kalau sang ice breakers berperawakan kecil dan tak tinggi. pasti hanyalah suaranya saja yang terdengar. dan bukankah brief games yang baik harus bisa memenuhi unsur audio, visual dan kinestetik yang baik ?
Lebih jauh lagi, dalam format lingkaran, sang ice breakers bebas berlaku seperti "dewi mantili" yang bisa pindah sana pindah sini, lompat sana lompat sini tanpa harus seorang peserta pun kehilangan visual dari pemandunya. kondisi ini dapat mempermudah penularan spirit melalui body language, sehingga kita tak terpaku menanam kaki kita kebumi karena kekhawatiran mengenai blocking tempat kita berdiri.
Dan juga ternyata, formasi lingkaran akan mempermudah peserta dapat saling melihat satu sama lain. bukankah seringkali kesalahan lucu yang dilakukan oleh salah seorang peserta akan menjadi faktor yang membantu kita memecahkan es nya ? kondisi ini sulit kita peroleh kalau kitaa gunakan formasi berbaris banjar dan shaf.
memang, formasi melingkar bukanlah satu-satunya kunci keberhasilan dalam sebuah proses ice breaking. namun kita perlu mengeliminir rintangan-rintangan yang akan menjadi batu sandungan proses big group pan gim (baca : fun games ....hehehehe) ini. dan sejauh pengalaman saya formasi baris banjar adalah "lubang" yang bisa membuat kita terperosok.
bisa dibayangkan apa yang kan terjadi pada sessi berikutnya bila kita gagal memecahkan es di awal program ?